Suatu sore kami ditelepon oleh seorang manajer sebuah bank. Manajer tersebut meminta kami untuk membantu mereka untuk menganalisa apakah sang karyawan yang menjadi tersangka adalah benar-benar pelaku pemalsuan tanda tangan dalam sebuah dokumen ?

Ini adalah pengalaman kami pertama kali dalam menangani kasus kriminal seperti ini sejak mendirikan lembaga grafologi, PRIMAGRAPHOLOGY CONSULTING. Meskipun kami belum pernah menangani kasus seperti ini, namun kami yakin bahwa dengan ilmu grafologi yang kami kuasai dan teknik yang kami kembangkan mampu menangani kasus ini.

Malam harinya, kami mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk menginterogasi sang karyawan besok harinya, termasuk mempersiapkan kamera video untuk merekam segala hal atau peristiwa yang terjadi selama proses interogasi untuk memperkuat analisa kami. Ya, untuk memperoleh hasil akurat, apalagi ini menyangkut kebenaran dan keadilan, kami bukan hanya menggunakan analisa grafologi, melainkan juga micro expression dan body language, bukan hanya melihat micro expression dan body language secara umum melainkan juga melihat kesinkronisasian antara kata yang ditulis dengan micro expression dan body language pada saat menulis.

Besok harinya kami datang ke bank tersebut yang masih berada di wilayah Jakarta dan tergolong relatif dekat dengan kantor kami. Dan kami pun langsung bertemu dengan manajer yang menelepon kami tersebut, bukan hanya untuk mempersiapkan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam proses interogasi tersebut melainkan juga untuk mengetahui banyak hal tentang kasus ini.

Setelah semuanya siap dan sang manajer pun keluar dari ruangan meeting di dalam kantor yang dijadikan sebagai ruang khusus saat itu untuk kami melakukan proses interogasi, sang karyawan yang menjadi tersangka pun masuk ke dalam ruangan.

Sang karyawan nampaknya cukup tenang, atau mungkin berusaha untuk tenang, ketika memasuki ruangan. Kami kemudian mempersilahkan ia duduk di tempat atau posisi yang ia merasa nyaman.

Tiba-tiba sang karyawan berkata : “Demi Allah, saya berani bersumpah bahwa saya tidak memalsukan tanda tangan. Bahkan saya berani untuk dibawa ke polisi.”

“Wah, kenapa dia tiba-tiba langsung membuat pernyataan tersebut dengan nada cukup tinggi dan bergetar ya?”, kata kami dalam hati.

“Tenang saja. Kalau memang bukan pelakunya, tenang saja. Kami hanya membantu untuk menganalisa. Dan Anda tidak perlu takut dengan kami. Kami bukan dari kepolisian ataupun pihak hukum.”, kata saya.

Kemudian kami minta sang karyawan untuk memperkenalkan dirinya secara singkat dan lisan tentang dirinya. Dan kami pun merekamnya.

Setelah selesai, kemudian kami pun meminta sang karyawan untuk menceritakan tentang dirinya secara tertulis. Kemudian kami pun memberikan pulpen dan kertas kepadanya.

Setelah selesai, kami mengambil tulisan tangannya tersebut . Dan kemudian kami memintanya untuk menarik nafas dalam-dalam agar tenang. Karena memang proses interogasi yang sesungguhnya akan segera dimulai setelah itu.

Setelah kami menilai kondisinya telah tenang. Kami kemudian melakukan tahap selanjutnya yaitu meminta sang karyawan untuk menceritakan tentang pekerjaannya di dalam perusahaan, dan memintanya sebisa mungkin untuk menyebutkan nama orang-orang dalam perusahaan terutama yang sering berinteraksi atau terkait dengan pekerjaannya.

Setelah selesai, kami mengambil lagi tulisan tangannya tersebut . Dan kemudian kami memintanya untuk menarik nafas dalam-dalam agar tenang.

Setelah kami nilai kondisinya telah tenang. Kami kemudian melakukan tahap selanjutnya yang merupakan tahap yang terpenting.

Setelah kami menilai kondisinya telah tenang. Kami kemudian melakukan tahap selanjutnya yaitu meminta sang karyawan untuk membuat pernyataan dan bersumpah secara tertulis bahwasannya dirinya tidaklah melakukan tindakan pemalsuan tanda tangan dalam dokumen yang dimaksudkan.

Pada tahap ketiga inilah, sang karyawan mulai tampak gelisah. Hal ini tampak pada micro expression dan body language-nya. Jika sebelum-sebelumnya ia tidak pernah bertanya mengenai apa yang harus ditulis, namun pada tahap ini ia bertanya mengenai kalimat apa yang harus ditulisnya.

Pada awalnya kami memberikan kebebasan padanya untuk membuat kalimat pernyataan dan sumpah secara tertulis sesuai dengan apa yang ia ingin tulis. Namun kemudian sang karyawan meminta saya  membacakan saja kalimat yang harus ditulisnya. Dan saya pun kemudian membacakannya.

Tahap ketiga telah selesai. Dan ini merupakan tahap yang terakhir. Artinya proses interogasinya memang sudah selesai. Dan kami pun mengatakan kepada sang karyawan bahwasannya semuanya sudah selesai.

Sang karyawan ini kemudian berkata : “Demi Allah, saya tidak memalsukan tanda tangan. Dan saya siap untuk dibawa ke polisi.”

Kami hanya berkata : “Terima kasih. Apakah semua ini akan berlanjut proses ke pihak polisi. Mohon tunggu saja kabar selanjutnya dari pihak manajemen. Terima kasih sudah hadir untuk menjalani interogasi ini. Sambil kami menyodorkan tangan untuk menjabat tangannya. Sengaja kami menyodorkan tangan untuk menjabat tangannya untuk mendeteksi tingkat kecemasan dia yang dapat dirasa dari kegemataran atau keringat.

Ketika kami menjabat tangannya, kami merasakan agak gemetar dan juga sangat berkeringat dingin. Bagi kami, ini merupakan indikasi awal untuk menunjukkan adanya kecemasan sebagai sebuah upaya menyembunyikan kebohongan.  Dengan suhu ruangan yang menurut kami sangat dingin, karena kami pun sampai-sampai mengenakan jaket untuk menghadang udara ruangan yang dingin tersebut, kami pikir tidak mungkin seseorang akan berkeringat.

Dan bukti selanjutnya yang dapat menjadi bukti fisik atas kebohongannya adalah kertas yang ia tulis pada tulisan tentang pernyataan atau sumpah tersebut menjadi basah karena keringatnya. Dari sinilah kemudian kami yakin bahwasannya ia memang melakukan pemalsuan tanda tangan. Dan dari hasil analisa grafologi, semuanya semakin menunjukkan bahwa ia memanglah memalsukan tanda tangan.
Setelah selesai mengiterogasi sang karyawan, sang manajer pun kemudian masuk ke dalam ruangan. Dan kemudian bertanya bagaimana hasilnya. Kami hanya mengatakan bahwasannya secara umum kemungkinan besar memang sang karyawan memang memalsukan tanda tangan. Adapun hasilnya akan kami berikan laporan secara tertulis paling lambat 3 hari kemudian.

Kemudian kami pun meminta berkas-berkas lainnya sebagai bahan analisa secara komparatif. Karena memang ada 2 metode untuk menganalisa apakah sebuah tanda tangan itu asli atau tidak, yaitu analisa secara langsung dengan melihat aspek-aspek tertentu, dan analisa secara komparatif dengan membandingkan antara tanda tangan yang diduga dipalsukan dengan tanda tangan aslinya.

Kami pun kemudian diberikan beberapa berkas yang boleh dibawa pulang namun harus dikembalikan pada saat penyerahan hasil analisa secara tertulis. Dari berkas-berkas yang diberikan inilah kasus ini menjadi lebih seru.

Malam hari ketika kami melihat berkas-berkas ini, kami melihat sebuah tulisan tangan yang cukup menarik untuk dianalisa. Yaitu sebuah tulisan di atas sebuah form surat keterangan tidak masuk. Tulisan tersebut menunjukkan adanya kecemasan dan kebohongan. Setelah berdiskusi dengan tim analisa, kami pun mencoba memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh lebih dari sekedar tugas yang diberikan kepada kami, yaitu menginterogasi sang karyawan dan menganalisanya. Kami mencoba untuk menyingkap adanya kemungkinan pihak lain yang terlibat. Namun kami mencoba untuk mengkonfirmasi beberapa hal terlebih dahulu sebelumnya.

Dan malam hari itu pun juga, kami menelepon sang manajer setelah sebelumnya mengirimkan SMS untuk meminta ijin akan adanya hal yang ingin kami sampaikan. Kemudian kami menelepon sang manajer, dan bertanya mengenai siapa pemilik tanda tangan yang berada dalam surat keterangan tidak masuk tersebut. Maksud pertanyaan siapa di situ sesungguhnya lebih mengarah pada posisi atau jabatannya.

Sang manajer yang menyewa kami mengatakan bahwa surat keterangan tidak masuk tersebut adalah milik atau pernyataan dari seorang manajer yang merupakan atasan dari sang karyawan yang kami interogasi tersebut. Dan dia pun bertanya mengapa.

Sebelum menjawab pertanyaan sang manajer, kami pun bertanya kembali, apakah surat keterangan tidak masuk tersebut yang di dalamnya memberikan keterangan bahwa ban mobilnya yang bocor merupakan peristiwa atau hal di mana ada kejadian yang dapat dikatakan terkait dengan kasus yang tengah disidik perusahaan secara umum ?

Sang manajer berkata bahwa itu ada hubungannya. Dan baru kemudian kami menjawab bahwa kemungkinan besar bahwa sang pelaku utama atau otak dibalik tindak pemalsuan tanda tangan yang dilakukan oleh karyawan adalah atasan sang karyawan itu sendiri.

Besok harinya, kami ditelepon oleh sang manajer pada waktu yang masih relatif sangat pagi. Kami diminta siang ini ke kantor untuk menyampaikan pernyataan kami ini di hadapat para direktur.

Siang harinya pun kami menuju ke tempat klien kami tersebut. Kami pun masuk ke dalam ruangan. Dan tak lama kemudian, para direktur masuk ke dalam ruangan. Dan ruangan pun ditutup serapat mungkin agar suara tidak bocor ke luar ruangan.

Sebelum kami menyampaikan apa yang ingin disampaikan, salah seorang direktur meminta kami untuk menganalisa keaslian sebuah tanda tangan dalam sebuah dokumen sambil menyodorkan dokumen lainnya sebagai pembanding. Kemudian saya mengamati baik-baik tanda tangan tersebut. Secara bentuk, kedua tanda tangan tersebut memang tampak beda. Namun dari sisi ayunan tarikan garisnya, sesungguhnya keduanya adalah sama. Dan dari sisi tarikan garis, tidak ada tarikan garis yang menunjukkan adanya kecemasan atau kebohongan. Kemudian kami menyampaikan analisa kami bahwa tanda tangan tersebut adalah asli.

Sang direktur pun kemudian berkata bahwa tanda tangan tersebut memang asli, dan ternyata tanda tangan tersebut adalah miliknya. Dan sang direktur kemudian berkata bahwa inilah yang dijadikan dalih sang manajer yang kami jadikan tersangka bahwa tidak mungkin tanda tangan seseorang itu bisa sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Kami kemudian berkata bahwasannya tanda tangan seseorang memang cenderung berubah-ubah namun tidak pada ayunan tarikan garisnya di samping ada pendekatan analisa lainnya.

Sang direktur kemudian berkata bahwa dia dapat mempercayai hasil analisa kami yang akan kami sampaikan pada siang itu.

“Wah, ternyata sedang dites nih.”, kata kami dalam hati.

Sang direktur kemudian berkata bahwasannya sang manajer yang saya jadikan tersangka ini sebenarnya telah dicurigai sekian lama untuk tindakan yang dapat merugikan perusahaan, namun pihak perusahaan belum mendapatkan bukti. Setidak-tidaknya, hasil analisa kami ini dapat dijadikan bukti untuk melakukan tindakan preventif agar tidak sampai terjadi lagi kasus yang merugikan perusahaan ini.

Sebenarnya kasus yang kami ini tidak berhenti di sini dilihat dari sisi serunya. Mengapa ?

Sekitar 2 bulan setelah menangangi kasus tersebut, kami menelepon sang manajer yang menyewa kami tersebut untuk menindaklanjuti pembicaraan pada pertemuan terakhir pada saat penyerahan laporan hasil analisa mengenai menggunakan jasa kami untuk memberikan pelatihan untuk perusahaan.

Namun sebagai pembukanya, kami menanyakan bagaimana kabar sang karyawan yang kami interogasi tersebut atau bagaimana kelanjutan kasusnya atau apa kebijakan perusahaan.

Wah, ternyata kabar yang kami peroleh sangat mengejutkan. Sang manajer berkata bahwa pertemuan kami dengan sang karyawan pada saat mengiterogasinya tersebut ternyata itu merupakan kehadirannya terakhir sang karyawan di perusahaan.  Pihak perusahaan mencoba mencarinya di rumahnya, ternyata orang tuanya mengatakan bahwa anaknya tersebut belum pulang ke rumah dalam beberapa bulan ini. Dan memang anaknya atau snag karyawan tersebut masih kuliah. Ia kuliah malam di sebuah universitas swasta di Jakarta. Sang karyawan  tersebut mengekos di sebuah tempat kos di dekat kampusnya. Ternyata, ditelusuri di kampusnya pun, sang karyawan pun tiada, bahkan di kampusnya pun tiada alias tidak masuk-masuk kuliah dalam beberapa minggu terakhir sejak hari di mana kami melakukan interogasi terhadapnya.

Kemudian kami mengatakan kepada sang manajer bahwa kasus ini nampaknya sangat menarik. Dan ada tiga kemungkinan : pertama, sang karyawan memang pelakunya, dan ia melarikan diri; kedua, ia dibayar oleh sang manajer yang merupakan atasannya untuk menghilang; ketiga, ia dibunuh.

Kemungkinan kedua dan ketiga sangat besar terjadi dan dilakukan oleh sang manajer yang menjadi atasan karyawan tersebut mengingat sang karyawan memang ingin dijadikan sebagai saksi atas kasus yang merugikan karyawan yang baru kami ketahui kemudian ternyata merugikan perusahaan hingga mencapai nilai di atas satu milyar rupiah (Rp 1 milyar). Dan itu pun yang mulai diduga. Tidak menutup kemungkinan bisa mencapai lebih dari Rp 5 milyar. Setidak-tidaknya itu yang kami dapatkan informasinya.

Pengalaman kami ini sunggguh sangat menarik. Dan komentar sebuah teman di perusahaan peenrbit buku, ini sangat menarik untuk dijadikan sebuah novel.

Kasus ini memang menarik. Kira-kira kalau ini dijadikan sebagai novel, yang menarik itu endingnya seperti apa ya ? :)

Dan jika kisah ini dijadikan sebuah novel, semoga segera terbit. Amiin.

Salam Grapho. Salam Perubahan yang Lebih Baik. Salam Sukses Bahagia.

Max Hendrian Sahuleka& Primasari Nafisah T. Z.

Founder Primagraphology Consulting

Penulis Buku “The Power of Signature : Mengenal dan Mengubah Diri melalui Tanda Tangan”

HP / WA : 081318243521, 081905272919